;

Sejarah Dinasti Mamluk (part 1)

Sejarah Dinasti Mamluk (part 1)



1. Munculnya Budak di Mesir
Dinasti mamluk atau mamalik merupakan salah satu Dinasti Islam yang menguasai dan memerintah Mesir, Suriah, Asia kecil Tenggara, dan Arab Barat (Hijaz) selama kurang lebih 267 tahun[1]dari tahun 1250 sampai 1517 masehi .

Karena merupakan dinasti yang didirikan oleh para budak, sehingga dinasti ini dikenal dengan nama Mamluk yang bentuk jamaknya mamalik yang berarti budak atau hamba, sehingga disebut juga Dinasti Mamalik[2].

Kata “al-mamluk” berarti budak atau orang yang dibeli dengan harta (uang) dan ia menjadi milik pembelinya. Sedangkan apabila kata mamluk digabungkan dengan kata dinasti (Dinasti Mamluk) maka akan berarti pemerintahan para budak[3].

Sebenarnya, sebelum priode Mamluk beberapa resimen budak telah digunakan oleh khalifah di dalam seluruh lapisan militer Timur Tengah. Namun demikian, dinasti Mamluk di Mesir merupakan rezim Timur Tengah yang pertama didasarkan pada militer budak, karena seluruh elit rezim ini termasuk sultannya adalah budak dan mantan budak[4].

Terdapat 3 pendapat mengenai munculnya para budak tersebut di Mesir yaitu :

1. Mereka sudah muncul sejak masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, sekitar abad ke-9 M. Mereka direkrut dari kawasan Kaukasus dan laut Hitam (bangsa Turki dan kebanyakan dari suku Kipchak) untuk dijadikan sebagai pasukan.

Awalnya, mereka bukanlah orang Islam, tetapi kemudian menjadi muslim yang fanatik bahkan menjadi pasukan dinasti Islam yang sangat kuat. Pada abad 12 M, mereka dikirim ke Mesir untuk memperkuat basis kekuatan Daulah Abbasiyah yang saat itu ditopang oleh Dinasti Ayyubi.[5]

2. Mereka adalah tawanan penguasa dinasti Ayyubi yang dijdikan budak oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Mereka dididik dan dilatih menjadi tentara, kemudian dijadikan sebagai pasukan kerajaan dan ditempatkan sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat.

Berkat keterampilan dalam hal kemiliteran dan loyalitas mereka yang kuat, Sultan Dinasti Ayyubi terakhir, Malik ash-Shalih menjadikan mereka sebagai pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya[6].

Mereka adalah para budak bangsa Turki dan bangsa Mongol yang dibeli oleh Sultan Malik ash-Shalih, penguasa Dinasti Ayyubi. Yaitu sebanyak dua belas ribu orang, Beliau membuatkan mereka asrama di pulau Raudhah setelah rakyat banyak mengeluh dan mengadu karena gangguan para budak belian ini. Itulah sebabnya mereka dinamai al-Mamalikul Bahriyah atau al-Mamalikul Nil[7]. Sultan membeli budak-budak tersebut sebagai palayannya.

Ternyata, dalam perkembangannya mereka memiliki kemahiran dalam bidang kemiliteran dan loyalitasnya yang tinggi sehingga di antara mereka diberi kedudukan sebagai komandan pasukan dinasti Ayyubi dan menghantarkan mereka merengkuh kekuasaan di Mesir[8].

[1] Dr. Fadhil Munawar Manshur, Dinasti Mamluk dan Perang Salib: Perspektif Historis, hlm.1.

[2] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk di Mesir (UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta), hlm.180.

[3] M.Anis Bachtiar , Kontribusi Dinasti Mamluk Terhadap Peradaban Islam , hlm.2.

[4] Abdullah Nur, Dinasti Mamalik di Mesir (STAIN Datokarama Palu, Jurusan Tarbiyah), hlm. 146.

[5] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk di Mesir (UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta), hlm.180

[6] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk di Mesir (UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta), hlm.180

[7] Abdullah Nur, Dinasti Mamalik di Mesir (STAIN Datokarama Palu, Jurusan Tarbiyah), hlm. 147.

[8] Ibid, hlm.180-181

Comments